Wq/ms/Bujang Lapok
Appearance
Bujang lapok merupakan sebuah filem terbitan tahun 1957 arahan P. Ramlee.
- [Zaiton] Zaiton sayangkan abang Sudin tak? Zaiton nak kahwin dengan Abang Sudin tak? Zaiton nak abang Sudin mati tak?
- Hmph! Diploma apa yang kau dapat ni, baru potong bawang saja sudah terpekik-pekik.
- Seluar engkau tu koyak, jangan kau nak menyibuk macam Marilyn Monroe.
- Success! Success! Dah cukup puas hati! Puas hati! Ahahaha... Yahui! Alamak!
- [kepada Ramli] Mat Tahir ke Mata Air?
- Kan saya dah kata jangan panggil saya tuan rumah.
- Jangan marah! Dua puluh sen!
- Sudin: Amacam perniagaan daa, bagus?
- Ramli: Lain kali berniaga minyak kelapalah.
- Sudin: [tertawa]
- Pak Nyong: Beli ayam nampaknya. Tu lah, disuruh kahwin tak mau. Sekarang, siapa nak masak ayam tu?
- Ajis: Pak Nyong jangan pandang kita semua tak ada mata, kita semua dah diploma pasal masak-memasak.
- Sudin: Ya lah!
- Pak Nyong: Hah, diploma? Diploma tu apa?
- Sudin: Ijazah. Saya dapat ijazah di waktu monggo.(?) Ramli mendapat ijazah di masa Jepun, di zaman ubi kayu.
- Pak Nyong: Encik Ajis?
- Sudin: Di Sarip Jail.(?)
- Pak Nyong: Hah? [ternganga sambil menggaru kepala]
- [Ramli, Sudin dan Ajis memandang sesama sendiri, menangguk]
- Ramli: Ha, sekarang Pak Nyong lak tolong kita. Tolong sembelihkan ayam ni ya. Boleh tak?
- Pak Nyong: Boleh.
- [Ajis menyerahkan ayam kepada Pak Nyong]
- Ramli: Tuan rumah! Oi, tuan rumah!
- [Mak Munah lalu]
- Ramli: [tegur] Mak Munah.
- Mak Munah: Ramli.
- Ramli: Masak nasi?
- Mak Munah: Panaskan sayur, nak.
- Ramli: Ya? [kembali memanggil] Oi, tuan rum-
- Normah: Kan saya dah kata jangan panggil saya tuan rumah.
- Ramli: Maafkan saya tuan tanah- Eh tuan tanah pulak. [gagap membetulkan] Cik Normah.
- Normah: Haa, begitulah. Mahu apa encik Ramli?
- Ramli: Kalau saya mintak, kasi tak?
- Normah: [tertawa kecil] Kalau kena dengan mintaknya, tentulah kasi. Nak mintak apa?
- Ramli: Nak mintak pinjam dapur, boleh tak?
- Normah: Kalau encik Ramli nak pinjam dapur saya, saya nak pakai dapur apa?
- Ramli: Bukan nak pinjam terus, nak pinjam sekejap saja. Boleh tak?
- Normah: Oh sekejap saja. Bolehlah, pergilah pakai. Pakailah.
- Ramli: Terima kasih. [menari gembira]
- Normah: Nah, ini kuncinya.
- Ramli: [berhenti menari, ambil kunci] Jangan marah aa.
- Ramli: [merasa gulai] Eh Sudin, mana kau taruk garam ni?
- Sudin: Eh Ajis, di mana kau taruk garam?
- Ajis: Itu apa tu?! [menunjuk garam di atas para] Selama jadi tukang masak ni mata pun dah rabun.
- Ramli: Garam kau taruk tinggi-tinggi, macam ketul emas berbungkal-bungkal. [membubuh garam, merasa gulai lagi] Ahh... [menggosok tangan kesedapan, meninggalkan dapur]
- Sudin: [menitikkan gulai ke tapak tangan, merasa gulai] Hmph, masak tawar kurang garam! [menambah garam, meninggalkan dapur]
- Ajis: [menuang-nuangkan gulai] Ahh... Success! Success! Dah cukup puas hati! Puas hati! Ahahaha... Yahui! [tangannya terkena garam, tumpah ke dalam gulai] Alamak!
- [makanan terhidang]
- Ajis: Apa lagi yang kita nanti ni? Kita kebaslah, perut pun dah lapar ni.
- Sudin: Cet! Kalau kita kebas sekarang, bererti kita sudah melanggar undang-undang Bujang...
- Ramli: ...Lapok.
- Sudin: Aaa, kita mesti hormatkan kepada tuan rumah.
- Ramli: Ya!
- Sudin: Kita mesti jemput dia makan sama-sama kita.
- Ramli: Benar.
- Sudin: Aaa, sebab dia sudah pinjamkan kita...
- Ramli: ...dapur.
- Sudin: Betul kata tuan presiden(?)
- Ramli: [menoleh kepada Ajis] Jangan marah.
- Ajis: Takda, takda.
- Ramli: [memanggil] Tuan rumah! Oi, tuan rumah!
- Ajis: Hai Ramli, nampak-nampaknya dalam tiga orang ni, engkaulah yang kena ekor,(?) Ramli.
- Ramli: Hei Ajis, kalaulah masin mulut kau tu, kalaulah tuan rumah gila kat muka ini, aku berniat dekat keramat Si Luncai, kau tahu.
- Sudin: Luncai? Luncai mana?
- Ramli: Si Luncai tak tahu? Si Luncai, "terjun dengan labu-labunya,
- Ajis: ...biarkan."
- Sudin: Ooh, "Si Luncai terjun dengan labu-labunya,
- Ramli, Sudin dan Ajis: ...biarkan."
- Ramli: [kembali memanggil] Tuan rumah! [kepada Sudin dan Ajis] Eh, sama-sama panggil. Satu, dua, tiga...
- Ramli, Sudin dan Ajis: Oi, tuan ru-
- Normah: [menyelak langsir pintu] Lagi-lagi panggil saya tuan rumah.
- Ramli: Maafkan kami tuan khemah. Eh-
- Sudin: [membetulkan] Cik Normah!
- Ramli: Cik Normah. Kita ni nak jemput Cik Normah makan sama-sama, silakan.
- Normah: Terima kasih sajalah encik abang semua. Saya baru saja habis makan. Makanlah, lain kali saja ya.
- Sudin: [mengajuk] Makanlah, lain kali saje ye. Mari kita cekik ye. [menggigit ayam keras] Eh, apa ini? Ayamkah kayukah?
- Ramli: Inilah kalau tukang masak ada diploma. Kau tengok kuahnya, berminyak. [menghirup kuah, meringis, pergi ke jendela meludah] Eh, berapa tan garam kau orang taruk di dalam?
- Sudin: [masih menggigit ayam, hempas ayam ke pinggan] Eh, Ajis! Apa kau tak rasakah lauk ni masamkah, masinkah, ayam ni keras macam kayukah?
- Ajis: Inilah Din, jangan bukan macam kayu, engkau taruk batu sekalipun aku cekik.
- Emak Zaiton: Ton! Ton! Ha, ini dia. Ke mana saja kau ini Ton sudah malam begini, asyik tak senang duduk di rumah asyik nak merayap saja.
- Zaiton: Asyik bising sajalah. Orang pergi rumah Kak Bibi pun dah terjerit-jerit. [membasuh kaki dengan batok]
- Emak Zaiton: Eh, Ton! Macam mana aku tak menjerit? Kau kan sudah besar, bukan budak-budak lagi. Tak lama lagi kau nak berlaki.
- Zaiton: [masuk ke dalam rumah] Tak siapa nak ingin berlaki.
- Emak Zaiton: Aik? Selama kau sudah besar ni Ton, sepatah aku kata empat patah kau kata. Lama-lama kalau begini aku boleh mati, heart feeling ah.
- Zaiton: Apa mak?
- Emak Zaiton: Lemah jantunglah.
- Zaiton: Amboi, mak ni! Selama Miss Wong tu tinggal di sebelah rumah, berabut(?) skeaping London.
- Emak Zaiton: Alah, aku belajar sikit-sikitlah supaya orang kota jangan konon-kononkan kita! Kau pun mesti belajar, Ton. Bukannya susah! One, two, three. A B C. Waar yu going.
- Ayu: [ketawa]
- Emak Zaiton: Kenapa engkau ketawa? Salahkah aku cakap?
- Ayu: Salah tu tidak, tapi tak betul.
- Zaiton: Mak, mak, mari mak. [memanggil masuk bilik]
- Emak Zaiton: Nak apa lagi? Ayu, go to play. [membuat isyarat tidur] Eh, play kan main-main. Ayu, go to... [tidak tahu perkataan] ...tidurlah!
- Emak Zaiton: [masuk ke dalam biik] Apa Ton?
- Zaiton: Mak, mak. Eton tanya, mak marah tak?
- Emak Zaiton: Tidak. Apa?
- Zaiton: Kenapa mak tak suka Eton kahwin dengan orang kebanyakan?
- Emak Zaiton: Hmph! Orang kebanya'an tu apa? Semuanya kelabu asap. Kais pagi makan pagi, kais petang makan petang. Kan bagus kau kahwin orang kaya, sampe' tua kau boleh senang.
- Zaiton: Pendirian mak berlainanlah dengan Eton. Eton tak sukalah kahwin dengan orang kaya.
- [tukar babak]
- Sudin: Tetapi Zaiton suka kahwin orang kebanyakan macam aku. Bagaimana Ramli?
- Ramli: [sambil memetik gitar] Kalau dah suka sama suka, memang tak kenal botol kicap dengan botol cuka. Peduli apa mak dia tak suka, dengan mak diakah yang kau nak menikah?
- Safiah: [berlari masuk ke rumah, berdiri di depan bilik Normah] Kak Normah! Kak Normah!
- Normah: Ha, ada apa lagi, Safiah?
- Safiah: Saya ni memang cukup malu dengan Kak Normah, hari-hari bapak sebantangsi(?) mintak pinjam beras.
- Normah: Bapak angkat engkau itu memang tak gunalah, Safiah. Asyik hisap ganja, minum arak, main judi, itu saja yang dia tahu. Kalau aku tak kesiankan kaulah Safiah, aku tak hingin nak kasi beras.
- Ajis: [menyelak langsir pintu] Ha, kenapa Cik Normah?
- Normah: Tidak, bapak Safiah ni, sedikit pun tak ingat rumah tangga. Asyik main judi, minum arak, entah apa punya manusia pun aku tak tahulah. Sebentar(?) mangkuk tu. [pergi isi beras]
- Ajis: Bapak awak tu, bapak betulkah?
- Safiah: Bukan, bapak angkat.
- Ajis: Ha? Ini tak boleh jadi, man. Ini mesti mau kena bedal, man. Bapak awak macam mana?
- Safiah: Orangnya bengis, mukanya garang, tangannya berurat-urat.
- Ajis: Hah, urat-urat? [gementar] Tak jadi.
- Normah: [memberi mangkuk penuh dengan beras] Ha, bilang sama bapak kau Safiah kalau bapak kau asyik main judi, minum arak lagi, Kak Normah tak mau kasi beras. Nah, pergi balik.
- Safiah: Terima kasih, Kak Normah. [pulang]
- Ajis: Kesiannya, Cik Normah. Kalau saya tak ingat badan saya kurus, saya hentam bapak dia. [lalu pergi]
- Normah: [memandang kehairanan]
- Emak Sudin: Assalamualaikum.
- Normah: Waalaikumsalam. Eh, mak Sudin! Apa khabar?
- Emak Sudin: Khabar baik, Cik Normah.
- Normah: Amboi, mak! Lamanya tak nampak, tenggelam-tenggelam timbul.
- Mak Sudin: Begitulah orang banyak anak. Sekejap sana, sekejap sini. Aa- Sudin ada Cik Normah?
- Normah: Ada. [memanggil] Encik Sudin! [mengajak emak Sudin] Marilah. [kembali memanggil] Encik Sudin!
- [Sudin sedang menyikat rambut, Normah dan emak Sudin masuk ke bilik]
- Emak Sudin: Sudin?
- Sudin: Ai, mak! Bila mak sampai? Duduklah, mak.
- Mak Sudin: Mari kita berbual dulu, Cik Normah.
- Normah: Boleh juga.
- [Normah dan emak Sudin terpandang Ramli masih tidur]
- Normah: Mak cik dan Sudin silalah berbual di bilik saya.
- Emak Sudin: Baik.
- Normah: Pergilah, Din.
- Emak Sudin: Mari, Din.
- [Sudin menyelimuti badan Ramli]
- Normah: Silakan, mak cik.
- Emak Sudin: Mari, Din.
- [Sudin dan emaknya keluar bilik]
- Normah: Nanti saya siapkan kopi, mak cik ya.
- Emak Sudin: Mat Tahir tu kerja apa?
- Sudin: Gosok gigi harimau.