Jump to content

User:IDA BAGUS RJ

From Wikimedia Incubator

WACANA DHARMA.

Sabtu, 26 Juli 2014 PANCA NIYAMA BRATA.

1.SAUCA 2.SANTOSA 3.TAPA 4.SWADHYAYA 5..PRANIDHARA.

1 .Sauca adalah kesucian lahir dan batin. 2. Santosa adalah puas dengan apa yang ada. 3. Tapa berarti memanaskan. setelah kondisi cukup panas maka orang kemudian belajar membalikan

    arah kesadarannya.

4. Swadhyaya adalah kesadaran dibalikan dari sarwa tattwa menuju siwa tattwa. 5. Pranidhara adalah penyrahan diri secara total

Bersama dengan Yama Brata, kelima Niyama Brata diatas menjadi dasar Yoga. Diposkan oleh ida bagus Rai di 16.39 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan ke Pinterest

PURUSA -PRADANA.

Purusa adalah kesadaran non materi,atau unsur hidup yang menyebabkan sesuatu hidup.Pradana adalah ketidak sadaran unsur materi,sebagai wadah kesadara non materi.Dalam pandangan samkhya segala yang lahir dari perpaduan purusa predhana dipengaruhi oleh Tri Guna, yaitu Satwam, Rajas ,Tamas. Purusa diujudkan sebagai lingga, sedangkan Pradana diujudkan sebagai Yoni. Lingga adalah Siwa sedangkan Yoni adalah Shakti. Secara Umum Lingga - Yoni dihubungkan dengan Phalus - Vagina. dan dalam perwujudanya Lingga diujudkan dengan batu bulat memanjang berdiri tegak lurus diatas batu berbentuk oval. Diposkan oleh ida bagus Rai di 16.11 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan ke Pinterest

Minggu, 06 Juli 2014 PANCA MAHA YADNYA Panca Maha Yadnya yaitu : 1. Homa adalah persembahan kepada Dewa-Dewa melalui Api. 2. Wali adalah yadnya kepada para Bhuta,roh-roh, dan binatang. 3. Pitra Yandnya sama dengan tarpana,atau pitri. 4. Brahma Yadnya adalah mempelajari Weda-Weda dan kitab suci lainnya. 5. Manusa yadnya menjamu tamu-tamu.

Panca Maha Yadnya ini harus dilakukan setiap hari oleh para Brahmana. ( Leksikon Hindu / IBM.Dharma Palguna )

Diposkan oleh ida bagus Rai di 03.39 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan ke Pinterest

Jumat, 04 Juli 2014 PANCA DAUH

Panca Dauh Yaitu : 1. Dauh Pisan ( antara jam 06.00 - 08.30 ) 2. Dauh Kalih ( antara jam 08.30 - 11.00 ) 3. Dauh telu ( antara jam 11.00 - 13.30 ) 4. Dauh pat ( antara jam 13.30 - 16.00 ) 5. Dauh lima ( antara jam 16.00 - 18.00 ) Satu dauh terdiri dari 2jam 12 menit. Diposkan oleh ida bagus Rai di 03.18 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan ke Pinterest

Kamis, 03 Juli 2014 PRADAKSHINA - PRASAWYA. Pradakshina adalah proses perputaran mistis mengikuti arah jarum jam, dari timur keselatan, kebarat, ke utara,dan kembali ketinur.perputaran itu terdapat dalam beberapa ritual, dan juga dalam perputaran mantra-mantra. Sedangkan Prasawya adalah perputaran arah sebaliknya. Perputaran searah bjarum jam menyebabkan sesuatu yang diputar semakin mendekat kebawah. Sedangkan perputaran sebaliknya menyebabkan sesuatu yang diputar semakin keatas, / semakin tinggi.Gerakan kebawah adalah gerakan ketanah. Gerakan ke atas adalah gerakan lepas dari tanah. Banyak teks kelepasan membahas masalah perputaran mistis seperti ini.Perputaran terbalik adalah perputaran mendekat ke Asal. Diposkan oleh ida bagus Rai di 21.35 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan ke Pinterest

Minggu, 25 Mei 2014 NGUNCAL BALUNG Nguncal Balung adalah rentang waktu 35 hari setelah Galungan ( Buda Keliwon Dunggulan s/d Buda Keliwon Pahang ).

Nguncal berarti membuang, melepas. Balung berarti tulang.

Tulang merupakan pengukuh tubuh,dan tempat melekatnya daging dan otot. Tanpa adanya tulang, tibuh tidak mempunyai kekuatan. Jadi Nguncal Balung berarti melepas,membuang tulang atau melepas kekuatan. Yang dimaksud disini adalah melepaskan kekuatan hyang kala tiga yang turun pada hari Penyekeban ( Minggu Paing uku Dunggulan ). Upacara-upacara yang diselenggarakan pada hari Penampahan Galungan bertujuan untuk menyucikan, membebaskan hyang kla tiga dari sifat-sifat kala,sehingga kembali pada wujud semula yaitu Shanghyang Tiga Wisesa/Ida Sanghyang widhi,dan dalam Siwaisme disebut Siwa. Dalam ujud predana Beliau dikenal dengan sebutan Uma Dewi dan dalam wujud " kroda " disebut Durga Dewi/Durga Murti. "Kala dalam hal ini dapat berarti energi/kekuatan, dapat pula berarti waktu. Dengan demikian pengertian " nguncal balung" adalah dilepaskannya sifatt-sifat kala dari Sanghyang Kala Tiga baik dalam wujud purusa ( Kala Rudra ) maupun dalam wujud predana ( DURGA MURTI ) sehingga kembali dalam keadaan somia / tenang,atau waktu itu ( selama nguncal balung ) Beliau dalam keadaan somia/tenang. Oleh karena itu dianggap kurangbaik untuk memujua Beliau dengan sebutan Sang Hyang Kala,Kala Rudra,Durga Dewi,apalagi Durga Murti, dengan kata lain

"Tidak baik ila dahat) menyelenggarakan upacara Bhuta Yadnya terutama dalam tingkat Tawaur".

Diposkan oleh ida bagus Rai di 07.48 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan ke Pinterest

Jumat, 23 Mei 2014 Hari Raya Suci Kuningan

Hari Raya Suci Kuningan.

Seperti telah diketahui bahwa hari Kuningan jatuh pada hari Sabtu Keliwon uku Kuningan yaitu sepuluh hari setelah Galungan. Dalam lontar Sunarigama disebutkan bahwa pada hari itu para Dewa serta Pitara (Leluhur) melakukan penyucian serta menikmati persembahan (amukti banten), kemu­dian kembali ke Kahyangan dengan memberkahi kesejahteraan dan kedamaian (kedhirgayusaan) Banten/sesajen yang bersifat khusus adalah Endongan, tebog dan selanggi berisi nasi kuning, lauk-pauk serta wayang-wayangan. Perlengkapan lainnya adalah ’’tamiang” serta ”ko lem” yang digantungkan pada bangunan-bangunan baik tempat tinggal maupun tempat pemujaan. Dalam sumber lain yaitu Purwa Bhumi Kemulan/ Purwa Bhumi Tuwa, dijumpai bahwa salah satu sarana yang menyucikan Dewi Durga serta para Bhuta-kala lainnya sehingga kembali pada wujud semula sebagai Dewi Uma serta Widiadara-widiadari, adalah bija-kuning. Oleh karena itu penggunaan nasi-kuning pada hari Kuningan mempunyai persamaan dengan bija-kuning yaitu sebagai penyucian, hanya saja dalam bentuk nasi berfungsi sebagai persem­bahan dan yang menerima menjadi tersucikan, sedangkan dalam bentuk b i j a berfungsi sebagai anugerah yang suci, sebagaimana halnya Tirtha. Penggunaan ”t e b o g” sebagai alas, mempunyai persamaan dengan ”kulit sesayut”, yaitu ditengah- tengahnya terdapat ’’isehan” yang mempunyai arti simbolis perputaran atau peningkatan. Sedang- kan penggunaan ’’wayang-wayangan” yang ditan­capkan pada tebog/nasi adalah sebagai simbol atau bayangan para Dewa serta Leluhur yang telah ber­kenan menerima, menikmati persembahan tersebut. Demikian pula penggunaan ”selanggi”, kiranya mendekati bentuk, tebog, walaupun tengah-te­ngahnya tidak berbentuk isehan melainkan berben- tuk kerucut/gunung. Selain dari pada itu dipersembahkan pula ”endong- an” yang dianggap sebagai b e k a 1 para Dewa serta Leluhur untuk kembali ke Kahyangan, sehingga akan diusahakan mengisi nasi/tumpeng, lauk-pauk, jajan serta buah-buahan selengkap-lengkapnya wa­laupun serba sedikit; Demikian pula bentuknya men­dekati ’’kompek” lengkap dengan penjinjingnya. Selanjutnya pemasangan ”tamiang” serta ’’kolem” yang disebut ”s a w e n” adalah merupakan simbul perisai untuk melindungi: tempat-tempat tersebut agar tidak diganggu dimasuki, ditempati para Bhuta- kala/unsur-unsur serta kekuatan-kekuatan yang menimbulkan kekacauan: Dengan demikian diha­rapkan kesejahteraan, kedamaian (d h a r m a) tetap dapat ditegakkan. Sebagaimana pada hari Galungan maka hendaknya upacara dilakukan sebelum matahari condong ke Barat/tengah-tepet. Upakara-upakara yang dipergunakan. Telah dikemukakan bahwa sesajen-sesajen yang bersifat khusus pada hari Kuningan adalah Tebog, selanggi dan endongan, sedangkan tamiang serta kolem adalah sebagai ’’sawen”. Sesungguhnya yang disebut. Tebog, selanggi serta endongan adalah sejenis jejahitan yang dibuat dari janur atau daun enau dan tidak hanya dipergunakan pada hari Kuningan saja tetapi dipakai pula pada upacara-upacara Dewa-Yadnya lainnya, Upacara Pitra-Yadnya dan Manusa Yadnya, hanya saja jum- lahnya serta isi/perlengkapannya berbeda-beda. Khusus-pada hari Kuningan yang dimaksud dengan:

T e b o g, adalah sejenis- sesajen yang terdiri dari s a t u (1) buah jejahitan tebog, berisi nasi kuning disusuni kacang-kacang, sesaur, telur-dadar, ikan laut/teri, serta gegorengan lainnya, pelas (bumbu yang dihaluskan dijepit dengan ja­nur secara khusus) lalab, garam, sambel (dialasi dengan tangkih kecil), tipat nasi satu buah dan wayang-wayangan dibuat dari kates muda atau lainnya yang bisa dimakan serta diukir. Tebog ini dialasi dengan sebuah taledan berisi tebu, beijenis-jenis jajan, buah-buahan, serta lauk- pauk yang dimasak agak basah/dibungkus, misal- nya gerang-asem, nyat-nyat, timbungan, pesan- lawar, pesan-isi, pesan-ikan, brengkas, turn dan lain-lainnya, masing-masing dialasi dengan ceper/ tangkih/piring khusus untuk upacara. Adakalanya tipat nasi ditaruh pada taledan ini, tidak pada tebog. Diatas jajan serta buah-buahan disusuni sebuah sampian kepet-kepetan (berbentuk tangkih), pe- ngeresikan dan canang burat-wangi/yang lain; Ada pula yang melengkapi dengan canang-penge raos/pesucian seperti pada pajegan. (upakara Galungan b.4).

b. Selanggi, adalah sejenis sesajen yang terdiri dari dua (2) buah jejahitan selanggi; Satu diantaranya berisi nasi putih, sedangkan yang lain berisi nasi kuning dan masing-masing disusuni kacang-ka- cang, sesaur, telur dadar, ikan laut/teri, gego­rengan lainnya, lalab, pelas, sambel dan garam. Kedua selanggi ini dialasi dengan sebuah taledan berisi perlengkapan seperti pada tebog hanya saja lauk-pauknya dijadikan satu tangkih, tidak me­makai pengeresikan/pesucian, tipat nasi, dan wayang-wayangan. Ada dua jenis selanggi yaitu:

a. Dibuat dari janur dengan hiasan daun enau yang tua (r o n) atau sebaliknya dibaut dari r o n dengan hiasan janur. Umumnya selanggi ini dipergunakan pada pe- linggih-pelinggih, diatas tempat tidur dan yang setingkat.

b. Dibuat dari daun nangka, bentuknya lebih ke- cil demikian pula perlengkapnnya lebih sedikit dan dipergunakan untuk binatang, menyertai segehan dan yang setingkat. Sebagai alasnya dipakai sebuah ceper.

.c. E n d o n g a n, adalah sejenis jejahitan berben- tuk kompek/tas, berisi jejahitan serta anyam- anyaman yang disebut: jan-sesapi tulang-lindung, lilit-linting serta lawat buah lawatnyuh. Selain dari pada itu, khusus pada hari kuningan diisi pula: tumpeng kecil satu buah (dibuat dari nasi putih), rerasmen dialasi dengan kojong/tang- kih, tebu, beijenis-jenis jajan, buah-buahan dan sebuah sampiang pusung (sampian peras kecil).

Penggunaannya.:

1. Pada pelinggih-pelinggih yang utama seperti: Padmasana, Kemulan, Ibu, Taksu, Penunggun- karang, Sanggah pada Penjor dan yang setingkat, menghaturkan: Tebog, selanggi canang- meraka (upakara pada Galungan a. 2), dan endongan; (Endongan digantungkan didepan pelinggih/diatas caniga).

2. Di Pemaruman/pesambiyangan menghaturkan seperti diatas dilengkapi dengan gebogan, beserta runtutannya sesuai dengan keadaan, misalnya seperti pada Galungan.

3. Untuk di kamar-kamar (diatas tempat tidur) tempat memasak, tempat mengambil air, tem­pat menumbuk bumbu, menumbuk padi (le- sung) serta s a p u, tempat menyimpan padi, beras, saluran-air (song sombah), dihalaman merajan, halaman rumah, didepan rumah, kepada binatang (gumatap-gumitip (sarwa prani) dan lain-lain yang dianggap perlu menghaturkan: selanggi dan canang-meraka (Je- nis selanggi disesuaikan, ada yang dibuat dari janur/ron ada yang dibuat dari daun nangka).

4. Kehadapan para Leluhur menghaturkan: se­perti pada di pemaruman/di pesambiyangaru Upakara ini ditempatkan di salah satu ka­mar atau disalah satu bangunan khusus di merajan.

5.Untuk anggota keluarga diuasahakan natab: Tebog, sesayut prayascita, penyeneng dan lain-lain runtutannya. Upakara-upakara ini terlebih dahulu dihaturkan kehadapan Sang dumadi kemudian dilebar ( dimakan ) bersama sama.

Demikian pelaksanaan Hari Raya Suci Kuningan semoga dapat diterapkan sesuai petunjuk,dan desa kala patra. Om santih , santih, santih. Om.


/



Diposkan oleh ida bagus Rai di 19.10 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan ke Pinterest

Posting Lama Beranda Langganan: Entri (Atom) Mengenai Saya Foto Saya ida bagus Rai

Lihat profil lengkapku

Arsip Blog ▼ 2014 (13) ▼ Juli (5) PANCA NIYAMA BRATA. 1.SAUCA 2.SANTOSA 3.TAPA 4.S... PURUSA -PRADANA. Purusa adalah kesadaran non mate... PANCA MAHA YADNYA PANCA DAUH PRADAKSHINA - PRASAWYA. ► Mei (4) ► April (4)

Template Ethereal. Diberdayakan oleh Blogger.